ASSALAMUALAIKUM WR.WB TERIMAKSIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI "DUNIA PSIKOLOGI",SEMOGA BERMANFAAT UNTUK KITA SEMUA. WASSALAMUALIKUM WR WB

Sabtu, 19 September 2015

           Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian
a.      Struktur kepribadian
Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalan setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya.
Pemikiran Freud membagi 3 level kesadaran :
1.        Sadar (Conscious)
Conscious mind (kesadaran), sebagai penghubung dengan kehidupan sehari termasuk pengalaman dan persepsi yang mana kita sadar terhadap kejadian tertentu, artinya tingkat kesadaran ini berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu pula. Menurut freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan basil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah perconscious atau unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke yang lain.
2.        Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan clan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri. Jadi Preconscious mind terdiri dari memori-memori yang tidak hanya ada di kesadaran namun dapat dengan mudah dibangkitkan ke kesadaran. Isinya dapat muncul ke kesadaran dan dikembalikan ke ketidaksadaran bila dibutuhkan.
3.        Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat namun tetap tidak disadari.Namun dapat menyimpan motif-motif instingtual yang primitif dan memori dan emosi yang sangat tenang.
Menurut Freud wilayah kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu, id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis). Untuk mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia, Freud berusaha mengembangkan model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik dasar ketiga sistem kepribadian tersebut dapat menciptakan energi psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta fungsi yang berbeda. Meskipun demikian antara satu dengan yang lainnya merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia.
Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginankeinginan yang direpresi. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayiyang baru dilahirkan terdiri dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir merupakan bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut. Sedangkan naluri id merupakan prinsip kehidupan yang asli atau pertama, yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan, yang tujuannya adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan atau mengurangi jumlah ketegangan sehinga menjadi lebih sedikit dan untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan sedangkan pertolongan dari ketegangan dirasakan sebagai kesenangan.
Id tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki nilai etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya,sesuai dengan prinsip kesenangan. Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id dalam memenuhi kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbul yaitu melalui reflek seperti berkedip dan melalui proses primer seperti membayangkan makanan pada saat lapar. Sudah pasti dengan membayangkan saja kebutuhan kita tidak akan terpenuhi melainkan hanya membantu meredekan ketegangan dalam diri kita. Agar tidak terjadi konflek maka dari itu diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu menjadi kenyataan sistem tersebut adalah ego.
Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsipkenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan. Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontroldan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas. Jika ego melakukan faal pelaksanaannya denganbijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan. Kalau ego mengarah atau menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada id, kepada superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalan dan kesadarannya pun tidak teratur. Selain itu ego juga merupakan hasil dari tindakan saling mempengaruhi lingkungan garis perkembangan idividu yang ditetapkan oleh keturunan dan dibimbing oleh proses-proses pertumbuhan yang wajar. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki potensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Sehingga dapat dikatakan bahwaa kebanyakaan ego bekerja di bidang kesadaran, terkadang juga pada alam ketidaksadaran dan melindungi individu dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan id dan superego.
Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa :
1.        Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya,
2.        Seluruh energi (daya) ego berasal dari id, sehingga ego tidak terpisah dari id,
3.        Peranan utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuhan lingkungan sekitar,
4.        Ego bertujuan untuk memepertahankan kehidupan individu dan pengembangbiakannya.
Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberikanbatasan baik dan buruk). Menurut Freud superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakan batasan baik dan buruk.  Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian. Adapun fungsi pokok dari superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah merintangi impuls-impuls ego terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya.
Sedangkan dalam superego yang bersifat ideal, Freud membaginya kedalam dua kumpulan yaitu suara hati (cansience) dan ego ideal. Kata hati didapat melalui hukuman oleh orang tua,sedangkan ego ideal dipelajari melalui penggunaan penghargaan. Superego dapat obyektif dan lingkungan proses rohaniah yang lebih tinggi maka superego dapat dianggap sebagai hasil sosialisasi dengan adat tradisi kebudayaan. Superego dalam peranannya sebagai penguasa dari dalam dirinya kemudian mengambil tindakan serangan terhadap ego. Setiap kali ego mengandung pikiran untuk memusuhi atau membrontak terhadap seorang yang berkuasa di luar. Oleh karena itu ego merupakan agen dari penghidupan superego dengan jalan berusaha untuk menghancurkan ego mempunyai tujuan yang sama dengan keinginan mati yang semula dalam id. Itulah sebabnya maka superego dikatakan menjadi agen dari naluri-naluri kematian.
Fungsi-fungsi dari superego adalah :
1.        Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena inilah impuls-impuls yang pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat,
2.        Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis,
3.        Mengajarkan kesempurnaan. Jadi, superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan membuat dunia menurut gambrannya sendiri. Akan tetapi superego sama seperti id bersifat tidak rasional dan sama seperti ego, superego melaksanakan kontrol atas insting-insting. Tidak seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting, akan tetapi superego tetap berusaha untuk merintanginya
b.      Dinamika kepribadian
1.         Insting
a.        Insting-insting hidup
Insting kehidupan baik yang berupa kecondongan untuk mempertahankan ego, libido narsissistis maupun libido berobyek. Bertujuan untuk pengikatan, artinya mengadakan kesatuan yang semakin erat dan karena itu semakin mantap untuk mempertahan hidup.
b.        Insting- insting mati
Insting kematian bertujuan untuk mengahancurkan dan menceraikan apa yang sudah bersatu, karena tujuan terakhir setiap mahluk hidup ialah mau tidak mau meninggal dunia. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa baik insting-instingkehidupan maupun insting-insting kematian bersifat konsevatif, dalam arti bahwa kedua-duanya berusaha untuk mempertahankan suatu keadaan yang lebih dahulu. Insting kehidupan berusaha untuk mempertahankan kehidupan yang sudah ada, sedangkan instink kematian berusaha untuk mempertahankan keadaan inorganik.
Menurut pendapat Freud dua jenis insting ini sesuai dengan dua proses pada taraf biologis yang berlangsung dalam setiap organisme, yaitu pembentukan dan penghancuran.
2.         Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena sejumlah atau banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam persainggan diantara ketiga aspek itu didalam mengunakan energi tersebut, kalau sesuatu aspek banyak menggunakan energi (menjadi kuat), maka kedua aspek yang lain harus (dengan sendirinya) menjadi lemah.
Pada mulanya id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya untuk gejala-gejala refleks dan pemenuhan keinginan. Cara penggunaan energi ini disebut pemilihan obyek secara instingtif (instinctual object cathexis) energi pada id sangat mudah berpindah-pindah sehubungan karena id tidak dapat membedakan obyek yang sesuai atau tidak, sehingga id tidak dapat memuaskan atau meredakan ketegangan. Sedangkan ego selalu berhasil dalam menemukan alat yang memuaskan, maka energi tersebut dipergunakan oleh ego dan lambat laun ego memonopoli hampir semua energi. Energi ini dipergunakan ego juga untuk menekan id agar tidak terlalu implusif, bila id terlalu berbahaya ego mengunakan suatu mekanisme pertahanan diri.


3.         Kecemasan atau Ketakutan
Dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai oleh keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan obyek-obyek yang ada didunia luar. Dalam menghadapi obyek tersebut individu tidak selamanya dengan mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui ancaman berupa hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka individu merasa cemas. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dapat diatasinya ialah menjadi cemas.
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada id, dan kecemasan moral yang bersumber dari super ego. Kecemasan realistis yang paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini. Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila instink tidak terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan merupakan isyarat bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak dapat menguasai kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan menghadapinya dengan jalan yang tidak realistis.
c.       Mekanisme Pertahanan Diri
Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego DefenseMechanism). Mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu tidak selalu patologis, dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya.
Bentuk-bentuk Mekanisme pertahanan :
1.         Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka ia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar.
Contoh : Vivi mengalami kecelakaan bersama keluarganya di daerah dekat sungai Berantas, dalam peristiwa itu keluarganya meninggal dunia. Vivi merasa sangat trauma dengan peristiwa itu sehingga ia tidak mau lagi mengingat peristiwa kecelakaan yang menimpa keluarganya dan ia telah melupakan tempat itu, sehingga ia bisa melupakan semua peristiwa kecelakaan yang menimpanya dan keluarganya.
Realisasinya Vivi tidak ingan lagi peristiwa kecelakaan itu dan ia tidak mau mengingat-ngingat lagi kejadian yang membuatnya trauma. Sehingga ia melupakan semua peristiwa yang menimpanya dan menimpa keluarganya.

2.         Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Contohnya, Ketika Niko bertanya tentang Rika, Adi pura-pura tidak mengenal Rika dan tidak tahu apa-apa tentang Rika, padahal sebelumnya Rika adalah kekasihnya Adi. Realisasinya Adi menghindar dan pura-pura tidak mengenal Rika setelah mereka putus cinta.
3.         Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal,  biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi perasaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima. Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik.
Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.
4.         Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
5.         Pembentukan Reaksi
Pembentukan reaksi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
6.         Fiksasi
Menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan. Anak yang terlalu tergantung menunjukkan pertahanan berupa fiksasi: kecemasan menghambat si anak belajar mandiri.
7.         Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya  dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.
8.         Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.


9.         Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
d.      Periode Perkembangan Kepribadian
Freud berpendapat bahwa tahapan perkembangan individu yangterpenting terjadi pada 5 tahun pertama kehidupannya, dan periodeperkembangan psikoseksual pada masa ini merupakan landasan bagiperkembangan kepribadian individu selanjutnya: Adapun penjelasanmasing-masing fase adalah sebagai berikut :
1.    Fase Oral (01 tahun)
Mulai usia 1 tahun seorang bayi menjalani fase oral, padamasa ini mulut dan bibir merupakan zona yang peka. Kebutuhanakan makanan dan kesenangan dipuaskan dengan aktivitasmenyusu pada ibunya. Benda-benda yang dicari anak dapat menjadi pengganti bagi apa-apa yang sesungguhnya diinginkannya, yakni makanan dan cinta dari ibunya. Tugasper kembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik kepada diri sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindunganterbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yangdicintai tidak akan banyak menemui kesulitan dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri,agresif, benci, dan kesepian.
2.    Fase Anal (13 tahun)
Bermula dari tahun kedua berlanjut hingga tahun ketiga, faseanal memiliki arti penting bagi pembentukan kepribadian. Tugas perkembangan pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan menangani perasaan-perasaan negatif. Pada fase anal anak banyak berhadapan dengan tuntutan-tuntutan orang tua, terutama yang berhubungan dengan toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal kedisiplinan. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari orang tuanya. Selama fase anal anak akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasratmerusak, marah, dan sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa mereka memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.
3.    Fase Phalic (35 tahun)
Dengan meningkatnya perkembangan kemampuan motorik dan perseptual dari masa sebelumnya pada anak usia tiga tahun keatas, maka kecakapan-kecakapan interpersonal merupakan fase kemajuan (fase falik) yang terjadi pada anak. Pada fase ini aktivitas seksual anak menjadi lebih intens dan lebih berpusat pada fungsialat kelaminnya, anak-anak menjadi lebih berhasrat untuk melakukan eksplorasi terhadap tubuhnya, dan menemukan perbedaan-perbedaan di antara kedua jenis kelamin. Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan hati nurani, dimana anak belajar mengenai standar-standar moral. Mereka membutuhkan contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka memperoleh perspektif yang benartentang peran mereka sebagai anak laki-laki atau anak perempuan.
Selama fase ini pula anak perlu belajar menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Masa falik laki-lakiakan ditandai dengan perhatiannya pada ibunya dan penentengan pada ayah dan akan berkembangan perasaan takut bahwa ayahnya akan menghukumnya kalau tahu bahwa ia menyenangi ibu. Perasaan ini disebut odipus complex yaitu dorongan seksual tidak sadar dari anak laki-laki terhadap ibunya yang disertai keinginan untuk menggantikan dan menyingkirkan ayahnya. Begitu juga pada anak perempuan pada masa ini anak perempuan akan mengalami kompleks elektra.
4.    Fase Laten(612 tahun)
Pada fase Laten ketertarikan pada masalah seksual sudah berkurang, libido ditekan dan anak mulai mengalihkan energinya ke kegiatan sekolah, bersosialisai dengan teman, olah raga, dan hobi. Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.
5.    Fase Genital (12 tahun ke atas)
Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan jenis. Selain itu kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah, mampu belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, memiliki kesehatan mental yang baik yaitu hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. Sedangkan pribadi yang bermasalah adalah jika terdapat dinamika yang tidak efektif antara Id, Ego dan Superego, dimungkinkan Ego selalu mengikuti dorongan-dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral atau Ego selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau kebutuhan dan juga proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.
e.       Teknik Konseling
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku klien, dan memahami gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu:
1.      Asosiasi bebas.
Asosiasi bebas adalah satu metoda pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau. Hal ini disebut sebagai katarsis. Katarsis secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan.sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kinci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor adalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketaksadaran
2.      Interpretasi
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, analisis tranparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan aanalisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubunganterapetik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klien.
Hal yang terpenting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak, klien dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi.
Pertama, interpretasi hendaknya hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien.
Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru manuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klien.
Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelim menginterpretasikan emosi atau konflik.
3.      Analisis mimpi.
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk mambuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahakan.proses terjadinya mimpi adalah karena di waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan karena dalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan.
4.      Analisis Resistensi.
Resistensi, sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa, yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak disadari. Anlaisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alas an-alasan terjadinya resistensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.
5.      Analisis transferensi.
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar teringkap neurosisnya terutama pada usia selam lima tahun pertama hidupnya. Konselor manggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym, dan pasif agar terungkap transferensi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Corey, gerald. 2009. Teori dan Peraktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Rafika Aditarma.
Hall, Calvin dan Gardner Lindzey. 2005. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1995. Teori-Teori Konseling Sosial. Jakarta: PT raja Grapindo Persada.
Surya, Mohamad, Prof, Dr. 2003. TEORI-TEORI KONSELING. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suryabrata, Sumandi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persadsa.

Willis, Sofyan, Prof, Dr. 2007. Konseling Individual. Bandung: Alfabeta.