Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian
a. Struktur
kepribadian
Sigmund
Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan
tak-sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini
dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalan setiap event
mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920an, teori
tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada
tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego,
dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi
melengkapi/menyempurnakan gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya.
Pemikiran
Freud membagi 3 level kesadaran :
1.
Sadar (Conscious)
Conscious
mind (kesadaran), sebagai penghubung dengan kehidupan sehari
termasuk pengalaman dan persepsi yang mana kita sadar terhadap kejadian
tertentu, artinya tingkat
kesadaran ini berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu pula.
Menurut freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran,
persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi
daerah sadar itu merupakan basil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus
atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang
singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah
perconscious atau unconscious, begitu orang memindah
perhatiannya ke yang lain.
2.
Prasadar (Preconscious)
Disebut
juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang
menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal
dari conscious dan clan unconscious. Pengalaman yang ditinggal
oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan
ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi-materi daerah taksadar
dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul
akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke
ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa
muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan
mekanisme pertahanan diri. Jadi Preconscious
mind terdiri dari memori-memori yang tidak hanya ada di kesadaran namun
dapat dengan mudah dibangkitkan ke kesadaran. Isinya dapat muncul ke kesadaran
dan dikembalikan ke ketidaksadaran bila dibutuhkan.
3.
Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari
struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa
manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah
abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu
berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan
pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan
oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu
memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran,
pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat namun tetap tidak disadari.Namun dapat menyimpan motif-motif instingtual yang primitif
dan memori dan emosi yang sangat tenang.
Menurut
Freud wilayah kepribadian
terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu, id (aspek
biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis). Untuk
mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia, Freud
berusaha mengembangkan model kepribadian yang saling
berhubungan dan menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang
lainnya. Konflik dasar ketiga sistem kepribadian tersebut dapat menciptakan
energi psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta
fungsi yang berbeda. Meskipun demikian antara satu dengan yang
lainnya merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi
perilaku manusia.
Id merupakan
lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos
berkuasa. Dalam id terdapat naluri-naluri bawaan biologis
(seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan
yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginankeinginan yang
direpresi. Hidup psikis janin sebelum lahir dan bayiyang baru dilahirkan
terdiri dari id saja. Jadi id sebagai bawaan waktu lahir
merupakan bahan dasar bagi pembentukan hidup psikis lebih lanjut. Sedangkan
naluri id merupakan prinsip kehidupan yang asli atau
pertama, yang oleh Freud dinamakan prinsip kesenangan, yang tujuannya
adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan atau mengurangi
jumlah ketegangan sehinga menjadi lebih sedikit dan untuk
menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap. Ketegangan
dirasakan sebagai penderitaan atau kegerahan sedangkan pertolongan
dari ketegangan dirasakan sebagai kesenangan.
Id tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan tidak memiliki
nilai etika ataupun akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan
yaitu mencapai kepuasan bagi keinginan nalurinya,sesuai dengan prinsip
kesenangan. Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh id dalam memenuhi
kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang timbul yaitu
melalui reflek seperti berkedip dan melalui proses primer seperti membayangkan
makanan pada saat lapar. Sudah pasti dengan membayangkan
saja kebutuhan kita tidak akan terpenuhi melainkan hanya
membantu meredekan ketegangan dalam diri kita. Agar tidak terjadi
konflek maka dari itu diperlukan sistem lain yang dapat merealisasikan
imajinasi itu menjadi kenyataan sistem tersebut adalah ego.
Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk
sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan
fungsinya berdasarkan pada prinsipkenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk
pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan upaya
menawarkan dengan kebutuhan atau mengurangi ketegangan. Ego merupakan
pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontroldan memerintahkan id dan
superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh
kepribadian yang keperluannya luas. Jika ego melakukan faal
pelaksanaannya denganbijaksana akan terdapat keharmonisan dan keselarasan.
Kalau ego mengarah atau menyerahkan kekususannya terlalu banyak kepada id,
kepada superego ataupun kepada dunia luar akan terjadi kejanggalan
dan kesadarannya pun tidak teratur. Selain itu ego juga
merupakan hasil dari tindakan saling mempengaruhi
lingkungan garis perkembangan idividu yang ditetapkan oleh
keturunan dan dibimbing oleh proses-proses pertumbuhan
yang wajar. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki potensi
pembawaan untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Sehingga dapat
dikatakan bahwaa kebanyakaan ego bekerja di bidang kesadaran,
terkadang juga pada alam ketidaksadaran dan melindungi individu
dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh tuntutan id dan superego.
Hal yang harus diperhatikan dari ego ini
adalah bahwa :
1.
Ego merupakan bagian dari id yang
kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk
mengecewakannya,
2.
Seluruh energi (daya) ego berasal dari id,
sehingga ego tidak terpisah dari id,
3.
Peranan utamanya menengahi kebutuhan id dan
kebutuhan lingkungan sekitar,
4.
Ego bertujuan untuk memepertahankan kehidupan
individu dan pengembangbiakannya.
Superego merupakan
sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat
evaluatif (memberikanbatasan baik dan buruk). Menurut Freud
superego merupakan internalisasi idividu tentang nilai masyarakat,
karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakan
batasan baik
dan buruk. Dengan kata lain superego dianggap
pula sebagai moral kepribadian. Adapun fungsi pokok dari superego
jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah
merintangi impuls-impuls ego terutama impuls-impuls seksual dan
agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong
ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang
realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya.
Sedangkan
dalam superego yang bersifat ideal, Freud membaginya
kedalam dua kumpulan yaitu suara hati (cansience) dan ego ideal. Kata hati didapat melalui hukuman oleh orang tua,sedangkan ego
ideal dipelajari melalui penggunaan penghargaan. Superego
dapat obyektif dan lingkungan proses rohaniah yang lebih
tinggi maka superego dapat dianggap sebagai hasil sosialisasi dengan
adat tradisi kebudayaan. Superego dalam peranannya sebagai penguasa
dari dalam dirinya kemudian mengambil tindakan serangan terhadap
ego. Setiap kali ego mengandung pikiran untuk memusuhi atau
membrontak terhadap seorang yang berkuasa di luar. Oleh karena itu ego
merupakan agen dari penghidupan superego dengan jalan berusaha
untuk menghancurkan ego mempunyai tujuan yang sama dengan
keinginan mati yang semula dalam id. Itulah sebabnya maka superego
dikatakan menjadi agen dari naluri-naluri kematian.
Fungsi-fungsi
dari superego adalah :
1.
Merintangi
impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena inilah impuls-impuls
yang pernyataannya sangat dikutuk oleh masyarakat,
2.
Mendorong
ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis,
3.
Mengajarkan
kesempurnaan. Jadi, superego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan
membuat dunia menurut gambrannya sendiri. Akan tetapi superego sama seperti id
bersifat tidak rasional dan sama seperti ego, superego melaksanakan kontrol
atas insting-insting. Tidak seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan
insting, akan tetapi superego tetap berusaha untuk merintanginya
b.
Dinamika kepribadian
1.
Insting
a.
Insting-insting hidup
Insting kehidupan baik yang berupa kecondongan untuk mempertahankan
ego, libido narsissistis maupun libido berobyek. Bertujuan untuk
pengikatan, artinya mengadakan kesatuan yang semakin erat
dan karena itu semakin mantap untuk mempertahan hidup.
b.
Insting- insting mati
Insting kematian bertujuan untuk mengahancurkan dan menceraikan
apa yang sudah bersatu, karena tujuan terakhir setiap mahluk
hidup ialah mau tidak mau meninggal dunia. Maka dari itu dapat
dikatakan bahwa baik insting-instingkehidupan
maupun insting-insting
kematian bersifat konsevatif, dalam arti bahwa kedua-duanya
berusaha untuk mempertahankan suatu keadaan yang lebih
dahulu. Insting kehidupan berusaha untuk mempertahankan
kehidupan yang sudah ada, sedangkan instink kematian
berusaha untuk mempertahankan keadaan inorganik.
Menurut pendapat Freud dua jenis insting ini
sesuai dengan dua proses pada taraf biologis yang berlangsung
dalam setiap organisme, yaitu pembentukan dan penghancuran.
2.
Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu
didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena
sejumlah atau banyaknya energi itu terbatas maka akan terjadi semacam
persainggan diantara ketiga aspek itu didalam mengunakan energi tersebut, kalau
sesuatu aspek banyak menggunakan energi (menjadi kuat), maka kedua aspek yang
lain harus (dengan sendirinya) menjadi lemah.
Pada mulanya id yang memiliki semua energi dan mempergunakannya
untuk gejala-gejala refleks dan pemenuhan keinginan. Cara penggunaan energi ini
disebut pemilihan obyek secara instingtif (instinctual object cathexis) energi
pada id sangat mudah berpindah-pindah sehubungan karena id tidak dapat
membedakan obyek yang sesuai atau tidak, sehingga id tidak dapat memuaskan atau
meredakan ketegangan. Sedangkan ego selalu berhasil dalam menemukan alat yang
memuaskan, maka energi tersebut dipergunakan oleh ego dan lambat laun ego
memonopoli hampir semua energi. Energi ini dipergunakan ego juga untuk menekan
id agar tidak terlalu implusif, bila id terlalu berbahaya ego mengunakan suatu
mekanisme pertahanan diri.
3.
Kecemasan atau Ketakutan
Dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai
oleh keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan
obyek-obyek yang ada didunia luar. Dalam menghadapi obyek tersebut individu
tidak selamanya dengan mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui ancaman berupa
hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka individu merasa cemas.
Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang
belum dapat diatasinya ialah menjadi cemas.
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan yaitu: kecemasan
realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada id,
dan kecemasan moral yang bersumber dari super ego. Kecemasan realistis yang
paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar
individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini.
Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila instink tidak
terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan
terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan merupakan
isyarat bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak dapat menguasai
kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan menghadapinya dengan jalan
yang tidak realistis.
c.
Mekanisme Pertahanan Diri
Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan
superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha
mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara
memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan
tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu
mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan
ego (Ego DefenseMechanism). Mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang
digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id
maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan
bisa dikurangi atau diredakan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu
tidak selalu patologis, dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi
suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan. Mekanisme-mekanisme
pertahanan ego yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan
dan derajat kecemasan yang dialaminya.
Bentuk-bentuk Mekanisme pertahanan :
1.
Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara
pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang
mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan sarana
pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan
mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan
pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari
alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu
kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka ia merasa “lupa” terhadap
kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman
yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam
sadar.
Contoh : Vivi mengalami kecelakaan bersama keluarganya di daerah dekat
sungai Berantas, dalam peristiwa itu keluarganya meninggal dunia. Vivi merasa
sangat trauma dengan peristiwa itu sehingga ia tidak mau lagi mengingat peristiwa
kecelakaan yang menimpa keluarganya dan ia telah melupakan tempat itu, sehingga
ia bisa melupakan semua peristiwa kecelakaan yang menimpanya dan keluarganya.
Realisasinya Vivi tidak ingan lagi peristiwa kecelakaan itu dan ia tidak
mau mengingat-ngingat lagi kejadian yang membuatnya trauma. Sehingga ia
melupakan semua peristiwa yang menimpanya dan menimpa keluarganya.
2.
Penyangkalan
(denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan
berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak
menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau
kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan
dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan
dalam keadaan normal maupun patologis.
Contohnya, Ketika Niko bertanya tentang Rika, Adi pura-pura tidak
mengenal Rika dan tidak tahu apa-apa tentang Rika, padahal sebelumnya Rika
adalah kekasihnya Adi. Realisasinya Adi menghindar dan pura-pura tidak mengenal
Rika setelah mereka putus cinta.
3.
Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah
dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat
psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan
eksternal, biasanya waham kejar, dan
termasuk persepsi perasaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan
selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal
dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi
dalam proses. Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls
libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan
kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima. Proyeksi merupakan
usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau
keinginan yang tidak baik.
Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit
flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan
oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.
4.
Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat
diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain
yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. Orang yang mempunyai
dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya
bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap
permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
5.
Pembentukan Reaksi
Pembentukan reaksi atau
penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan
dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang
iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu
sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik
melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan
kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
6.
Fiksasi
Menjadi terpaku pada tahap-tahap
perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa
menimbulkan kecemasan. Anak yang terlalu tergantung menunjukkan pertahanan
berupa fiksasi: kecemasan menghambat si anak belajar mandiri.
7.
Pengelakan atau salah
pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan”
kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi
oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan
kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus
(gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam
menyatakan perasaan permusuhan.
8.
Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu
masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat.
Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada
ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak
cukup.
9.
Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang
kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau
marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
d.
Periode Perkembangan Kepribadian
Freud
berpendapat bahwa tahapan perkembangan individu yangterpenting terjadi pada 5
tahun pertama kehidupannya, dan periodeperkembangan psikoseksual pada masa ini
merupakan landasan bagiperkembangan kepribadian individu selanjutnya: Adapun
penjelasanmasing-masing fase adalah sebagai berikut :
1.
Fase Oral (0–1 tahun)
Mulai usia 1 tahun seorang bayi menjalani fase
oral, padamasa ini mulut dan bibir merupakan zona yang peka. Kebutuhanakan
makanan dan kesenangan dipuaskan dengan aktivitasmenyusu pada ibunya.
Benda-benda yang dicari anak dapat menjadi pengganti bagi apa-apa yang
sesungguhnya diinginkannya, yakni makanan dan cinta dari ibunya. Tugasper kembangan
utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik kepada diri sendiri, dan
orang lain. Cinta adalah perlindunganterbaik terhadap ketakutan dan
ketidakamanan. Anak-anak yangdicintai tidak akan banyak menemui kesulitan dalam
menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima,
dan tidak dicintai cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri,
dan belajar untuk tidak mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai
tempat yang mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi
pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri,agresif, benci, dan
kesepian.
2.
Fase Anal (1–3 tahun)
Bermula dari tahun kedua berlanjut hingga tahun
ketiga, faseanal memiliki arti penting bagi pembentukan kepribadian. Tugas perkembangan
pada fase ini adalah anak harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan menangani
perasaan-perasaan negatif. Pada fase anal anak banyak berhadapan dengan
tuntutan-tuntutan orang tua, terutama yang berhubungan dengan toilet training, dimana
anak memperoleh pengalaman pertama dalam hal kedisiplinan. Banyak sikap
terhadap fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari orang tuanya. Selama
fase anal anak akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasratmerusak,
marah, dan sebagainya, namun mereka harus belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut
bisa diterima. Hal penting lain yang harus dipelajari anak adalah bahwa mereka
memiliki kekuatan, kemandirian, dan otonomi.
3.
Fase Phalic (3–5 tahun)
Dengan meningkatnya perkembangan kemampuan
motorik dan perseptual dari masa sebelumnya pada anak usia tiga tahun keatas,
maka kecakapan-kecakapan interpersonal merupakan fase kemajuan (fase falik)
yang terjadi pada anak. Pada fase ini aktivitas seksual anak menjadi lebih
intens dan lebih berpusat pada fungsialat kelaminnya, anak-anak menjadi lebih
berhasrat untuk melakukan eksplorasi terhadap tubuhnya, dan menemukan perbedaan-perbedaan
di antara kedua jenis kelamin. Fase Phalic juga merupakan periode perkembangan
hati nurani, dimana anak belajar mengenai standar-standar moral. Mereka membutuhkan
contoh yang memadai bagi identifikasi peran seksual, untuk mengetahui apa yang
benar dan salah, serta apa yang maskulin dan feminin, sehingga mereka
memperoleh perspektif yang benartentang peran mereka sebagai anak laki-laki
atau anak perempuan.
Selama fase ini pula anak perlu belajar
menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang
tubuhnya sendiri secara sehat. Masa falik laki-lakiakan ditandai dengan
perhatiannya pada ibunya dan penentengan pada ayah dan akan berkembangan
perasaan takut bahwa ayahnya akan menghukumnya kalau tahu bahwa ia menyenangi
ibu. Perasaan ini disebut odipus complex yaitu dorongan seksual tidak sadar
dari anak laki-laki terhadap ibunya yang disertai keinginan untuk menggantikan
dan menyingkirkan ayahnya. Begitu juga pada anak perempuan pada masa ini anak
perempuan akan mengalami kompleks elektra.
4.
Fase Laten(6–12 tahun)
Pada fase Laten ketertarikan pada masalah
seksual sudah berkurang, libido ditekan dan anak mulai mengalihkan energinya ke
kegiatan sekolah, bersosialisai dengan teman, olah raga, dan hobi. Namun
berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu bersifat laten dan masih akan
terus memberikan pengaruh pada tahap perkembangan kepribadian berikutnya.
5.
Fase Genital
(12 tahun ke atas)
Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu
pada masa remaja awal dan berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi
seksual anak mulai terarah kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri
melalui masturbasi, dan anak mulai mengenal cinta kepada lawan jenis. Selain
itu kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut
pola perkembangan yang ilmiah, mampu belajar dalam mengatasi tekanan dan
kecemasan, memiliki kesehatan mental yang baik yaitu hasil dari keseimbangan
antara kinerja super ego terhadap id dan ego. Sedangkan pribadi yang bermasalah
adalah jika terdapat dinamika yang tidak efektif antara Id, Ego dan Superego, dimungkinkan
Ego selalu mengikuti dorongan-dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral atau
Ego selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau
kebutuhan dan juga proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.
e.
Teknik Konseling
Teknik-teknik
dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan
intelektual ke dalam prilaku klien, dan memahami gejala-gejala yang nampak. Ada
lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu:
1.
Asosiasi
bebas.
Asosiasi
bebas adalah satu metoda pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian
emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau. Hal ini
disebut sebagai katarsis. Katarsis secara sementara dapat mengurangi pengalaman
klien yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses
penyembuhan.sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan dan
evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kinci dari
asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor adalah untuk
mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketaksadaran
2.
Interpretasi
Interpretasi
adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis
mimpi, analisis resistensi, analisis tranparansi. Prosedurnya terdiri atas
penetapan aanalisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna
perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan
hubunganterapetik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk
mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang
tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari
klien.
Hal
yang terpenting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang
tepat karena kalau tidak, klien dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi.
Pertama,
interpretasi hendaknya hendaknya disajikan pada saat gejala yang
diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien.
Kedua,
interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru manuju ke hal-hal
yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klien.
Ketiga,
menetapkan resistensi atau pertahanan sebelim menginterpretasikan emosi atau
konflik.
3.
Analisis
mimpi.
Analisis
mimpi merupakan prosedur yang penting untuk mambuka hal-hal yang tidak disadari
dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum
terpecahakan.proses terjadinya mimpi adalah karena di waktu tidur pertahanan
ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan karena
dalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari
diekspresikan.
4.
Analisis
Resistensi.
Resistensi,
sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa, yang bekerja
melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak
disadari. Anlaisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alas
an-alasan terjadinya resistensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk
menafsirkan resistensi.
5.
Analisis
transferensi.
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan
transferensinya agar teringkap neurosisnya terutama pada usia selam lima tahun
pertama hidupnya. Konselor manggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym,
dan pasif agar terungkap transferensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, gerald. 2009. Teori dan Peraktek Konseling dan
Psikoterapi. Bandung: PT Rafika Aditarma.
Hall, Calvin dan Gardner Lindzey. 2005. Teori-Teori
Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1995. Teori-Teori Konseling
Sosial. Jakarta: PT raja Grapindo Persada.
Surya, Mohamad, Prof, Dr. 2003. TEORI-TEORI KONSELING.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suryabrata, Sumandi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persadsa.
Willis, Sofyan, Prof, Dr. 2007. Konseling Individual.
Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar